Pura Gunung Lebah berada di Jalan Raya Campuhan, Desa Ubud, tepatnya sebelah barat dari jantung kota Ubud dan dekat dengan Jembatan Campuhan. Bosan dengan obyek wisata Pulau Bali yang bernuansa pantai dengan mencoba wahana marine sport, maka di tempat ini anda akan mendapatkan berwisata yang alami bernuansa religius dan mistis. Apakah anda penasaran bukan, untuk itu jangan beranjak kemanapun, mari kita simak informasinya sebagai berikut.
Sejarah Pura Gunung Lebah Ubud sangat berkaitan erat dengan asal mula dari nama Desa Ubud. Pura ini didirikan yang tidak bisa lepas dari kedatangan rsi yang pertama ke Bali pada abad ke 8 yaitu Rsi Markandhya, berdasarkan Lontar Markandhya Purana. Disamping beliau membangun Pura Gunung Lebah Ubud, beliau juga berjasa membangun pura terbesar di Bali yaitu Pura Agung Besakih di Karangasem, Pura Agung Gunung Raung di Desa Taro dan Pura Pucak Payogan di Desa Lungsiakan Ubud.
Dikisahkan dalam perjalanan Rsi Markandhya dari Gunung Raung di Jawa Timur ke Gunung Raung di Desa Taro, Tegallalang, untuk menyebarkan ajaran Agama Hindu beliau tiba sebuah bukit kecil yang memanjang ke arah selatan dan utara, bukit ini namanya Gunung Lebah yang di sebelah barat terdapat aliran sungai Tukad Yeh Wos Kiwa (kiri) dan timur bukit terdapat aliran sungai Tukad Yeh Wos Tengen (kanan), kedua sungai tersebut mempunyai aliran air yang sangat jernih. Kedua aliran sungai itu bertemu di bagian selatan Gunung Lebah dan kawasan itu kemudian disebut Campuhan. Di Campuhan inilah beliau Rsi Markandhya mendirikan Pura Gunung Lebah, beliau juga mengadakan tempat pertapaan dan mulai merambas hutan untuk membuat pemukiman bagi pengikutnya.
Sesuai dengan Lontar Markandya Purana nama Sungai Tukad Yes Wos untuk kedua sungai tersebut menjadikan nama pemukiman jaman itu yang sesuai dengan maknanya “Wos atau Uos ngaran Usadi, Usadi ngaran Usada, dan Usada ngaran Ubad“. Dari kata Ubad ini ditranskripsikan menjadi “Ubud“.
Pura Gunung Lebah Ubud yang dilihat dari lokasi dan letaknya di lembah Sungai Campuhan yang merupakan pertemuan aliran dua sungain Wos Kiwa dan Wos Tengen memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pura lainnya yang umumnya pura di Bali selalu di tempat yang lebih tinggi di pegunungan karena mencerminkan gunung yang merupakan simbol kesucian. Walaupun pura ini letaknya di lembah sungai tetapi orientasinya tetap ke arah gunung yaitu Gunung Batur. Bentuk bangunan suci yang ada di pura ini yaitu ada beberapa meru, meru merupakan simbol gunung. Di Pura Gunung Lebah Ubud ini terdapat beberapa meru yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pura ini sekarang banyak di kunjungi dan menjadi daya tarik tersendiri bangi wisatawan lokal dan asing. Pura ini juga letaknya sama dengan Bukit Campuhan untuk melakukan jogging track (Campuhan Ridge Walk).
Pura ini dibangun pada udara terbuka yang terdiri dari beberapa bagian dan dikelilingi oleh pagar tembok. Masing-masing bagian dihubungkan dengan pintu gerbang (candi) dengan ukiran indah. Struktur bangunan Pura Gunung Lebah Ubud mengikuti konsep Tri Mandala (tri = tiga, mandala = bagian). Tri Mandala ini merupakan perlambangan dari Tri Bhuwana, yaitu:
1. Nista Mandala (Jaba Sisi) – lambang bhur loka
2. Madya Mandala (Jaba Tengah) – lambang bhuwah loka
3. Utama Mandala (Jeroan) – lambang swah loka
Nista Mandala merupakan bagian terluar yang merupakan pintu masuk pura. Sebelum masuk Nista Mandala, terdapat Candi Bentar yang di hiasi dengan Patung Dwarapala, sosok penjaga di depan pintu gerbang gapura. Masing-masing patung tersebut diberi nama Nandiswara yang terletak di sebelah kanan gapura dan Mahakala yang terletak di sebelah kiri gapura. Keberadaan keduanya dikaitkan dengan kekuatan Dewa Siwa sebagai salah satu manifestasi Tuhan dalam agama Hindu.
Madya Mandala adalah zona tengah dimana umat beraktivitas dan fasilitas pendukung. Pada zona ini terdapat Bale Kul-kul, Bale Gong, Bale Pesandekan, dan Perantenan.
Utama Mandala merupakan zona yang paling dalam, dan merupakan tempat paling suci dari pura ini. Untuk masuk tempat ini umat harus melalui Candi Bentar lagi. Di zona ini terdapat Padmasana, Pelinggih Meru, Bale Peselang, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan, Bale Patok, Bali Pangaruman dan Pelinggih lainya.
Upacara Hari Raya Suci besar yang diadakan di Pura Gunung Lebah Ubud ini adalah piodalan setiap 210 hari, pada hari Budha Keliwon Sinta, mengikuti kalender Bali yang jumlahnya 30 bulan, setiap bulanya ada 7 hari yang terkenal dengan Uku yang mulai dari Sinta, Landep, Ukir, Kulantir sampai dengan Watugunung. Seperti umumnya memasuki kawasan keramat pura ini, bagi wisatawan yang datang wajib memakai pakaian adat yang sopan dengan sarongnya. Untuk upacara hari raya suci pura umum lainnya di Bali, Baca Selengkapnya
Tempat menarik lainnya yang dekat dengan Pura Gunung Lebah Ubud dan menarik untuk dikunjungi adalah Hutan Monyet Ubud, Pasar Seni Ubud, Istana Ubud, Celuk Silver Smith Village, Rumah Tradisional Bali, Pura Saraswati, Ayunan Bali Swing, Pasar Seni Sukawati, Air Terjun Tegenungan, Air Terjun Tibumana, Gunung Berapi Kintamani Batur, Garam Bali Organik, Gua Gajah, Bukit Campuhan Ubud, Taman Burung, Teras Sawah Tegallalang, Pura Gunung Kawi Sebatu, Pura Mata Air Tirta Empul, Monumen Raja Gunung Kawi, Desa Batubulan, Tari Barong dan Keris, Arung Jeram Rafting di Sungai Ayung Ubud, Kebun Kopi Bali, Taman Kebun Binatang Bali, Taman Kupu-Kupu, Pura Puseh Batuan dan Desa Seni Ubud.
Untuk mengunjungi pura ini anda dapat kombinasikan dengan melihat tempat-tempat yang indah lainya yang dekat dengan pura ini dengan mengikuti Paket Tour Satu Hari Penuh dan Paket Tour Setengah Hari. Atau anda juga dapat mengabungkan dengan melakukan pertualangan tour lainnya seperti Arung Jeram Rafting di Rafting di Sungai Ayung Ubud, Rafting di Sungai Telaga Waja, Naik ATV, dan Naik Gajah.
Pura Gunung Lebah Ubud terletak di Jalan Raya Ubud No. 23 di sebelah barat Pasar Ubud dekat dengan Jembatan Campuhan
Email : info@bali-water-sports.com
No HP 081-2395-6828
No Whatsapp 081-2395-6828
Untuk komunikasi yang akurat dan cepat, lebih baik menghubungi kita langsung melalui Whatsapp.